KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat Pendidikan yang membahas Aliran Filsafat Realisme. Makalah ini penulis susun berdasarkan pada Standar Isi 2006 mata pelajaran Filsafat, yang dapat menunjang mahasiswa untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Makalah ini penulis susun agar mahasiswa memiliki kemampuan dasar yang logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan yang ada dalam ilmu pendidikan Filsafat. Ruang lingkup makalah ini membahas tentang aliran realism yang dijabarkan dalam
Materi pelajaran ini disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu. Materi disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Selanjutnya pada akhir bab, disajikan kesimpulan beserta daftar pustaka.
Berikut ini urutan penyajian makalah.
1. Pendahuluan.
2. Pendahuluan mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang akan dipaparkan sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih jauh isi makalah.
3. Pembahasan yang memuat informasi bagi mahasiswa dalam berlatih memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat baik secara individu maupun berkelompok.
4. Kesimpulan yang berisi ringkasan materi yang telah dibahas dan dipelajari dalam tiap subbab.
5. Petikan ilmu memuat sikap dan prilaku yang dapat diteladani oleh mahasiswa terkait dengan tema yang dipelajari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, meskipun penulis telah berusaha menyusunnya sebaik mungkin. Oleh karena itu, kritikan dan masukan dari para pemakai makalah ini sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman, dosen, konsultan, editor, dan narasumber lainnya yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Selamat belajar, semoga sukses. Amin,
Bukittinggi, 5 Desember 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Socrates merupakan seseorang yang terkenal akan budi pekerti luhurnya serta memiliki kearifan dan kebijaksanaan. Ia dilahirkan di Athena pada tahun 470 S.M. ia selalu menganggap dirinya sebagai penggemar kearifan atau amateur kebijaksanaan, bukan seseorang yang dengan bangga menyombongkan dirinya dengan kearifan dan kebijaksanaan. Karena, ada Dewa yang berada di tempat peribadatan bagi orang Yunani di Delphi menyatakan dengan cara luar biasa bahwa Ia adalah orang yang arif di negeri Yunani, Ia menafsirkan bisikan itu sebagai persetujuan atas cara acnoticism yang menjadi titik tolak difilsafatnya: “one thing only I know, and that is I know nothing”.
2. Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa masalah yang menjadi bahan dasar penulis menulis makalah ini. Masalah tersebut diantaranya; proses penjabaran filsafat Socrates yang mengalami masalah atau hambatan, perbedaan pendapat antara kaum sofis dengan Socrates serta kisah kehidupan dari socrates itu sendiri.
3. Pembatasan Masalah
Permasalah yang dikaji dalam makalah ini ialah sebagai berikut: Kehidupan Socrates dan Jalan Pemikiran Socrates. Dan karena keterbatasan dana dan waktu maka hanya sebatas inilah masalah yang dapat penulis jabarkan dalam makalah ini.
4. Perumusan Masalah
Perlunya Pendidikan Seumur Hidup dikarenakan oleh:
Perlunya Pendidikan Seumur Hidup dikarenakan oleh:
A. Banyaknya pemikiran para sofis pra-Socrates yang menyatakan bahwa segala sesuatu itu relatif .
B. Banyaknya peserta didik yang masih meragukan akan hakikat kebenaran akan sesuatu hal seperti; Manusia, Hewan dan Tuhan
C. Pendayagunaan sumber pemikiran yang masih belum optimal.
Dari uraian diatas kita dapat merumuskan bahwa:
A. Siapakah filosofis yang bernama Socrates itu ?
B. Bagaimana kerangka berfikir atau filsafat yang dikemukakan oleh Socrates?
5. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini yakni untuk membantu menjelaskan kepada pembaca khususnya mahasiswa mengenai filsafat yang dikemukakan oleh Socrates. Dan tak hanya itu, penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menuntaskan tugas demi meningkatkan nilai tugas pekuliahan bagi penulis.
6. Manfaat Penulisan
Penulis membuat makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca, yakni khususnya mahasiswa STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittingi, terutama bagi penulis sendiri. Manfaat tersebut antara lain seperti, menjadikan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat madani yang dapat memanfaatkan potensi pemikiran masyarakat, menjadi seorang pemikir, mampu memahami pemikiran orang lain, menjadi masyarakat Indonesia yang baik yang memegang teguh filsafat negara yakninya Pancasila dan Undang-Undang. Untuk mencapai manfaat-manfaat tersebut maka filsafat Socrates ini sangat penting untuk diketahui supaya dapat diaplikasikan sebaik mungkin. Sehingga menjadi pedoman bagi pembaca khususnya, mahasiswa STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi dalam meningkatkan dan mengembangkan wawasan menggenai ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT SOCRATES
1. SOCRATES
A. Kehidupan Socrates
Kehidupan Socrates terjadi selama tahun 470-399 SM.1 Socrates dilahirkan di Athena. Dia adalah anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikan ayahnya sebagai pemahat. Tetapi akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.2 Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Walaupun begitu, dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai objektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani, berkepribadian yang sabar, rendah hati, baik dan adil yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Badannya tidak gagah sebagai biasanya sebagai penduduk Athena. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal akan kejudesannya (galak dan keras). Cara penyampaian ilmu atau filsafatnya dilakukan secara tanya jawab, sehingga memperoleh banyak simpati.3
1Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm.53.
2Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 46.
3Dirangkum dari Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 46. dan Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 65.
Plato mengatakan bahwa Socrates adalah mantan tentara yang berhenti karena lebih memilih tunduk kepada Tuhan dibandingkan membela penduduk Athena.4 Masa-masa buruknya hubungan Athena dan Sparta terjadi antara tahun 421 dan 416 SM. Salah seorang murid Socrates menyebabkan Athena kalah di Syracuse 413 SM. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan, semakin tidak laku, orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan- Tuhan, hal ini terjadi pada tahun 399 SM. Walaupun demikian, Kierkegaard yang merupakan Bapak Eksistensialisme Modren mengagumi Socrates bahkan filsafat Socrates dijadikan model filsafatnya. Karena socrates secara konstan menentang orang-orang sofis pada zaman itu.5
Untuk pembuktian hal itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena. Plato menulis sebuah pidato berjudul Apologia untuk membela Socrates. Dan mengisahkan adanya tuduhan bahwa socrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, dan mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Melethus seorang pendakwa juga mengatakan bahwa Socrates tidak bertuhan menambahkan bahwa Socrates mengatakan matahari adalah batu dan bulan adalah tanah.6 Sehingga, Socrates dinyatakan bersalah dan dituntut hukuman mati dengan mayoritas 60 suara, 280 melawan 220 (281 melawan 220 menurut Hassan, 1973:74 dan 200 melawan 220 menurut Ahmad Syadali, 1997:67). Selama socrates di dalam penjara ia masih dapat berbicara dengan sahabatnya. Kriton ialah sahabat socrates yang mengusulkan Socra- tes melarikan diri, tetapi Socrates menolak. Dan pada waktu senja dengan tenang
4Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 67.
5 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 54.
6Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 66.
Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Plato membuat pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya, dan melukiskan Socrates pada suatu senja dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya (lihat Bertens, 1975:83).7
B. Jalan Pemikiran Socrates
Socrates merupakan tokoh sentral di yunani. Ia adalah penganut moral yang absolut. Ia mengungkapkan akan adanya kebenaran umum dan kebenaran yang disepakati bersama. Ia juga mengajarkan kepada khalayak ramai terutama kaum kaum muda bahwa pengetahuan adalah kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan. 8
Pemahaman socrates filsafat adalah suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the jus and happy life).9 Jika dipandang sepintas lalu, pendapat Socrates tidak banyak berbeda dengan orang-orang sofis. Filsafatnya bertolak dari kehidupannya sehari-hari (sama dangan orang-orang sofis) hanya saja Socrates menentang ajaran relativisme sofis dan ingin menegakkan agama dan sains penjelasan Bertens (1975:82).10
Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dasar dari segala penelitian
7Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 57.
8The liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm. 31.
9 The liang Gie, op. cit., hlm. 33.
10Prof. Dr. Ahmad Tafsir, op. cit,. 54.
dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi Socrates pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling digemarinya adalah apa yang tertera pada kuil delphi yaitu; “kenalilah dirimu sendiri”.11
Socrates memandang akan adanya kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya (individu) atau kita (kelompok). Dalam pembuktian hal ini Socrates menggunakan beberapa metode. Metode tersebut bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan atau disebut juga dengan dialog yang kemudian dianalisis. Metode ini dianggap memiliki preanan penting dalam menggali kebenaran objektif. Contoh, ketika Ia ingin menemukan makna adil, dia bertanya kepada pedagang, prajurit, penguasa dan guru. Dari semua penjelasan yang diberikan oleh lapisan masyarakat itu dapat ditarik sebuah benang merah yang bersifat universal tentang keadilan, dari sinilah menurut Socrates kebenaran universal ditemukan. Atau menghasilkan jawaban pertama (hipotesis pertama). Jika jawaban pertama menghasilkan konsekuensi yang mustahil maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain dan begitulah selanjutnya. Dan diskusi itu biasanya berakhir dengan aporia (kebingungan) dan terkadang juga menghasilkan suatu defenisi yang dianggap berguna. Dan metode ini disebut dialektika (dialog), yang berasal dari bahasa yunani yakni dialeghesthai.12
Menurut Xenophon pertanyaan itu berisi tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan dan pengecut, dll.13
Dalam traktat Aristoteles tentang metafisiska, ia memberikan catatan mengenai metode socrates ini. Ia memperoleh induksi dan defenisi, kedua penemuan tersebut
11Fuad Hasan, Apologi Pidato Pembelaan Socrates Yang Diabadikan Plato, Bulan Bintang, 1986, Jakarta, hlm. 36.
12Dirangkum dari Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004; hlm. 29. dan Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 54-55.
13Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 68.
merupakan dasar pengetahuan.
1) Induksi
Induksi merupakan cara pengambilan kesepakatan dengan cara bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan yang umum.
Contohnya: Ridwan ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan kemakmuran. Maka untuk mencapai pengertian yang sebenarnya Ridwan
bertanya kepada petani, wiraswasta, bidan, tukang sayur, mbak jamu. Setelah memperoleh pendapat mereka maka pendapat yang disetujui bersama akan ditulis dan pendapat yang tidak disetujui bersama disisihkan.
2) Defenisi
Defenisi merupakan hasil dari induksi atau diperoleh dengan jalan mengadakan induksi tersebut.
Contohnya: Pengertian kemakmuran yang telah diperoleh oleh Ridwan.
Orang sofis berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah relatif keadaanya. Yang benar ialah pengetahuan yang umum ada dan pengetahuan yang khusus ada. Dan pengetahuan yang khusus itulah yang relatif. Mari kita ambil contoh ini!
Apakah kursi itu? Kita menemukan kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya empat, dari bahan jati; kita lihat kursi malas, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya dua, dari rotan; kita lihat kursi makan, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya tiga, dari besi; bagitulah seterusnya. Jadi ada dua hal yang selalu ada pada tiap kursi tempat duduk dan sandaran. Maka semua orang sepakat bahwa kursi adalah suatu benda yang memiliki tempat duduk dan sandaran. Ciri-ciri yang lain tidak dimiliki oleh semua kursi tadi, berarti ini merupakan kebenaran yang objektif-umum, tidak subjektif-relatif. Mengenai kaki, bahan merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan yang umum, itulah defenisi.14
Dengan mengajukan defenisi Socratres tersebut mengakibatkan berhentinya laju
14 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, loc. Cit., hlm. 56.
dominasi relatifisme kaum sofis. Sehingga pengikut Socrates menjadi lebih dominan dibandingkan pengikut kaum sofis. Plato memperkokoh tesis socrates itu dengan mengatakan bahwa kebenaran umum itu telah ada di alam idea tanpa harus melakukan induksi.15
Konsep Socrates tentang roh, terkenal tidak tentu (indeterminate) dan berpandangan terbuka (openminded), jelas-jelas tidak agamais dan terlihat tidak mengandalkan doktrin-doktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “nafas” yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa roh tidak dapat mati, dan didalam Apologi, ia hanya mengatakan betapa indahnya jika demikian adanya. Hidup (dan mati) demi roh seseorang murni berkaitan dengan karakter dan integritas pribadi, bukan dengan harapan-harapan akan ganjarannya dimasa depan. Perhatian Socrates murni etis, tanpa suatu gambaran akan intrik kosmologi yang telah mempesona para pendahulunya.16
Socrates diakhir-akhir hidupnya banyak mempertanyakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak dibelakang hari dan begitu juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun roh itu telah bertali dengan tubuh manusia, tetapi diwaktu manusia itu mati, roh itu kembali kepada asalnya semula. Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah didalam kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”. Maksudnya, yang hancur luluh hanyalah tubuh, sedang jiwa adalah kekal (abadi).
15 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, loc. Cit., hlm. 56.
16 http://massofa.wordpress.com
Sedangkan tentang mengenal diri Socrates menjadikan pedoman seperti pada pepatah yang berbunyi: “kenalilah dirimu dengan dirimu sendiri” (Gnothisauton). Pepatah ini dijadikan oleh Socrates jadi pokok filsafatnya. Socrates berkata: manusia hendaknya mengenal diri dengan dirinya sendiri, jangan membahas yang diluar diri, hanya kembalilah kepada diri. Manusia selama ini mencari pengetahuan diluar diri. Kadang-kadang dicarinya pengetahuan itu didalam bumi, diatas langit, didalam air, di udara. Alangkah baiknya kalau kita mencari pengetahuan itu pada diri sendiri. Dia memang tidak mengetahui dirinya, maka seharusnya dirinya itulah yang lebih dahulu dipelajarinya, nanti kalau dia telah selesai dari mempelajari dirinya, barulah dia berkisar mempelajari yang lain. Dan dia tidak akan selesai selama-lamanya dari mempelajari dirinya. Karena pada dirinya itu tersimpul alam yang luas ini. Socrates selalu mengakui bahwa dia adalah seorang yang bodoh. Sebab dia belum mengenal dirinya sendiri. Dia tidak akan dapat mengetahui sesuatu apapun kecuali kalau dia telah mengetahui dirinya sendiri. Sebab itu haruslah dia mengenal dirinya lebih dulu. Maka dijadikanlah diri manusia oleh Socrates jadi sasaran filsafat, dengan mempelajari substan dan sifat-sifat diri itu. Dengan demikian menurut Socrates filsafat hendaklah berdasarkan kemanusiaan, atau dengan kata lain, hendaklah berdasarkan akhlak dan budi pekerti. Menurut filsafat Socrates segala sesuatu kejadian yang terjadi di alam adalah karena adanya “akal yang mengatur” yang tidak lalai dan tidak tidur. Akal yang mengatur itu adalah Tuhan yang pemurah. Dia bukan benda, hanya wujud yang rohani semata-mata. Pendapat Socrates tentang Tuhan lebih dekat kepada akidah tauhid. Dia menasehatkan supaya orang menjaga perintah-perintah agama, jangan menyembah berhala dan mempersekutukan Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehidupan Socrates terjadi selama tahun 470-399 SM. Socrates dilahirkan di Athena. Dia adalah anak dari seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete.
Socrates merupakan tokoh sentral di yunani. Ia adalah penganut moral yang absolut. Ia mengungkapkan akan adanya kebenaran umum dan kebenaran yang disepakati bersama.
Socrates didakwa bersalah karena telah mempengaruhi para pemuda dan tidak mempercayai Tuhan-tuhan mereka. Hal ini merupakan bukti keirian yang dimiliki kaum sofis terhadap Socrates.
Plato membuat pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya, dan melukiskan Socrates pada suatu senja dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya (lihat Bertens, 1975:83).
B. SARAN
Filsafat merupakan suatu ilmu yang sangat berperan dalam mengembangkan pikiran seseorang tentang hidup ini, dan memahami dan mempelajari apa yang ada dialam. Jadi rajin-rajinlah Anda membaca filsafat agar kita menjadi seorang Intelek yang profesional yang mampu memahami alam, dan filsafat orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
2. Tafsir, Prof. Dr. Ahmad. 2008. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
3. Achmadi, Drs. Asmoro.1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
4. Bakhtiar, Prof. Dr. Amsal, M.A. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
5. Syadali, Drs. H. Ahmad, Dkk. 1997. Filsafat Umum. Bandung: CV. Pusataka Setia.
6. Hasan, Fuad. Apologia Pidato Pembelaan Socrates Yang Diabadikan Plato. Jakarta: Bulan Bintang.
7. http://massofa.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar