Cari Blog Ini

Selasa, 20 Maret 2012

FILSAFAT HERACLITUS DAN FILSAFAT SOCRATES


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Filsafat Heraclitus dan Filsafat Socrates ilmu Filsafat untuk perkuliahan. Makalah ini penulis susun berdasarkan pada Standar Isi 2006 mata pelajaran Filsafat, yang dapat menunjang mahasiswa untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Makalah ini penulis susun agar mahasiswa memiliki kemampuan dasar yang logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan yang ada dalam ilmu pendidikan Filsafat. Ruang lingkup makalah ini mencakup: kisah hidup heraclitus dan socrates dan filsafat heraclitus dan socrates.
Materi pelajaran ini disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu. Materi disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Selanjutnya pada akhir bab, disajikan kesimpulan beserta daftar pustaka.
Berikut ini urutan penyajian makalah.
1.            Pendahuluan.
2.            Pendahuluan mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang akan dipaparkan sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih jauh isi makalah.
3.            Pembahasan yang memuat informasi bagi mahasiswa dalam berlatih memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat baik secara individu maupun berkelompok.
4.            Kesimpulan yang berisi ringkasan materi yang telah dibahas dan dipelajari  dalam tiap subbab.
5.            Petikan ilmu memuat sikap dan prilaku yang dapat diteladani oleh mahasiswa terkait dengan tema yang dipelajari. 
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, meskipun penulis telah berusaha menyusunnya sebaik mungkin. Oleh karena itu, kritikan dan masukan dari para pemakai makalah ini sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman, dosen, konsultan, editor, dan narasumber lainnya yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Selamat belajar, semoga sukses. Amin,



                                                                           Bukittinggi, 24 Desember 2010



                                                                                                     Penulis















 

BAB I
PENDAHULUAN
1.             Latar Belakang
Heraclitus dan Socrates merupakan dua tokoh filosof yang memiliki sifat yang berbeda dan pandangan filsafat yang berbeda pula. Heraclitus dikenala akan kesombongannya. Sedangkan Socrates dikenal dengan budi pekerti luhurnya serta memiliki kearifan dan kebijaksanaan. Ia hanya mengaku sebagai penggemar kearifan atau amateur kebijaksanaan, bukan seseorang yang dengan bangga menyombongkan dirinya dengan kearifan dan kebijaksanaan. Karena, ada Dewa yang berada di tempat peribadatan bagi orang Yunani di Delphi menyatakan dengan cara luar biasa bahwa Ia adalah orang yang arif di negeri Yunani, Ia menafsirkan bisikan itu sebagai persetujuan atas cara acnoticism yang menjadi titik tolak difilsafatnya: “one thing only I know, and that is I know nothing”.
2.             Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa masalah yang menjadi bahan dasar penulis menulis makalah ini. Masalah tersebut diantaranya;  filsafat Heraclitus dengan filsafat Socrates memiliki perbedaan yang sangat menonjol akan tetapi dalam pengungkapan dan pemahamannya peserta didik masih belum bisa mengertikan hal ini, sehingga topic ini penulis angkat agar peserta didik dapat memahami pemahaman mengenai filsfat dari kedua filosof tersebut.
3.             Pembatasan Masalah
Permasalah yang dikaji dalam makalah ini ialah sebagai berikut: Kisah hidup Heraclitus dan Socrates dan filsafat Heraclitus dan Socrates. Dan karena keterbatasan dana dan waktu maka hanya sebatas inilah masalah yang dapat penulis jabarkan dalam makalah ini.
4.             Perumusan Masalah
Perlunya
filsafat Heraclitus dan socrates ini dibahas dikarenakan oleh:
A.    Pemikiran antara Heraclitus dan Socrates yang berbeda dalam filsafat mereka.
B.     Pemahaman peserta didik yang masih lemah mengenai filsafat Heraclitus dan Socrates.
Dari uraian diatas kita dapat merumuskan bahwa:
A. Bagaimanakah kisah hidup dari Heraclitus dan Socrates?
B. Apakah bunyi filsafat yang dikemukakan oleh Heraclitus dan socrates?
C. Jelaskanlah perbedaan antara Filsafat Heraclitus dengan Socrates?
5.             Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini yakni untuk membantu menjelaskan kepada pembaca khususnya mahasiswa mengenai filsafat yang dikemukakan oleh  Heraclitus dan Socrates. Dan tak hanya itu, penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menuntaskan tugas demi meningkatkan nilai tugas pekuliahan bagi penulis.

6.             Manfaat Penulisan
Penulis membuat makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca, yakni khususnya mahasiswa STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittingi, terutama bagi penulis sendiri. Manfaat tersebut antara lain seperti, menjadi seorang filosof dan mampu memahami filsafat orang lain. Dan berpegang teguh akan filsafat bangsa Indonesia yakninya Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.













BAB II
PEMBAHASAN
FILSAFAT HERACLITUS DAN SOCRATES

A.          Kisah Hidup Heraclitus dan Socrates

1.   Kisah hidup Heraclitus (544-484 SM atau 535-475 SM)
Heraclitus lahir di Ephesus (535-475 SM), yang merupakan sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan ia adalah kawan dari Phytagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat atau bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.1

2.   Kisah hidup Socrates
Socrates hidup dari tahun 470 SM hingga 399 SM. Ia dilahirkan di Athena. Ayahnya adalah seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Setelah ayahnya meninggal dunia, Socrates manggantikan ayahnya sebagai pemahat. Hingga akhirnya ia berhenti dari pekerjaan itu dan bekerja dalam lapangan filsafat dengan dibelanjai oleh seorang penduduk Athena yang kaya.2 Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Walaupun begitu, dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik sebagai nilai objektif yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Socrates merupakan contoh istimewa dan selaku filosof yang jujur juga berani, berkepribadian yang sabar, rendah hati, baik dan adil yang selalu menyatakan dirinya bodoh. Badannya tidak gagah sebagai biasanya sebagai penduduk Athena. Meskipun dia orang yang berilmu, tapi dia dalam memilih orang yang jadi istri bukan dari golongan orang baik-baik dan pandai.  Istrinya  bernama  Xantipe  yang  terkenal  akan  kejudesannya  (galak  dan  keras). Cara
1Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 35.
2Ibid., hlm. 46.

penyampaian ilmu atau filsafatnya dilakukan secara tanya jawab, sehingga memperoleh banyak simpati.3
Masa-masa buruknya hubungan Athena dan Sparta terjadi antara tahun 421 dan 416 SM. Salah seorang murid Socrates menyebabkan Athena kalah di Syracuse 413 SM. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran  bahwa kebenaran itu relatif semakin  ditinggalkan,  semakin tidak laku, orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan-Tuhan, hal ini terjadi pada tahun 399 SM. Walaupun demikian, Kierkegaard yang merupakan Bapak Eksistensialisme Modren mengagumi Socrates bahkan filsafat Socrates dijadikan model filsafatnya. Karena socrates secara konstan menentang orang-orang sofis pada zaman itu.4
Untuk pembuktian hal itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena. Plato menulis sebuah pidato berjudul Apologia untuk membela Socrates. Dan mengisahkan  adanya tuduhan bahwa socrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, dan mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Melethus seorang pendakwa juga mengatakan bahwa Socrates tidak bertuhan menambahkan bahwa Socrates mengatakan matahari adalah batu dan bulan adalah tanah.5 Sehingga, Socrates dinyatakan bersalah dan dituntut hukuman mati dengan  mayoritas 60  suara, 280 melawan 220 (281 melawan 220 menurut Hassan, 1973:74 dan 200 melawan 220 menurut Ahmad Syadali, 1997:67). Selama socrates di dalam penjara ia masih dapat berbicara dengan sahabatnya. Kriton ialah sahabat socrates yang mengusulkan  Socra- tes  melarikan  diri, tetapi  Socrates  menolak. Dan  pada waktu  senja  dengan  tenang Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Plato membuat pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para muridnya pada hari terakhir  hidupnya,  dan  melukiskan  Socrates  pada  suatu senja dengan tenang meminum racun,
3Dirangkum dari  Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 46. dan Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 65.
4Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 54.
5Drs. H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, CV. Pustaka Setia, Bandung, 1997, hlm. 66.
dikelilingi oleh para sahabatnya (lihat Bertens, 1975:83).7
B.           Filsafat Heraclitus dan Socrates
1.            Filsafat Heraclitus
Paham relativisme menjadi semakin kuat atau mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan, you can not step twice into the same river, for the fresh waters are ever flowing upon you.” (Kamu tidak akan dapat terjun pada sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir) (Warner, 1961:26).8
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi atau selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai, dan tidak tahu satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya oleh karena sungai pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada dibelakangnya. Demikian pula dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu itu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.9
Dan juga menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah  menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam); ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan
perlawanan-perlawanan.  Itulah sebabnya ia sampai pada kongklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan atau stuffnya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Pernyataan “semua mengalir’ berarti semua berubah bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi pernyataan ini amat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 X 2 = 4 besok bisa saja bukan empat.



 
7Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 57.
8Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 35.
9Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm.49.
Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme.10
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuannyapun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak, dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, dimana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum.11

2.            Filsafat Socrates
Ia merupakan tokoh sentral di yunani dan juga merupakan penganut moral yang absolut. Ia mengungkapkan akan adanya kebenaran umum dan kebenaran yang disepakati bersama. Ia juga mengajarkan kepada khalayak ramai terutama kaum kaum muda bahwa pengetahuan adalah kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan.12
Pemahaman socrates filsafat adalah  suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (principles of the jus and happy life).13  Jika dipandang sepintas lalu, pendapat Socrates tidak banyak berbeda dengan orang-orang sofis. Filsafatnya bertolak dari kehidupannya sehari-hari (sama dangan orang-orang sofis) hanya saja Socrates menentang ajaran relativisme sofis dan ingin menegakkan agama dan sains penjelasan Bertens (1975:82).14
Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkan  satu  dengan  yang  lainnya.  Oleh karena itu,  dasar dari segala penelitian  dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi Socrates pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling digemarinya adalah apa yang tertera



 
10Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op. Cit., hlm.49.
11Drs. Asmoro Achmadi, Op. Cit., hlm.36.
12The liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm. 31.
13The liang Gie, op. cit., hlm. 33.
14Prof. Dr. Ahmad Tafsir, op. cit,. 54
pada kuil delphi yaitu; “kenalilah dirimu sendiri.15
Socrates memandang akan adanya kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya (individu) atau kita (kelompok). Dalam pembuktian hal ini Socrates menggunakan beberapa metode. Metode tersebut bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan atau disebut juga dengan dialog yang kemudian dianalisis. Metode ini dianggap memiliki preanan penting dalam menggali  kebenaran objektif. Contoh, ketika Ia ingin menemukan makna adil, dia bertanya kepada pedagang, prajurit, penguasa dan guru. Dari semua penjelasan yang diberikan oleh lapisan masyarakat itu dapat ditarik sebuah benang merah yang bersifat universal tentang keadilan, dari sinilah menurut Socrates kebenaran universal ditemukan. Atau menghasilkan jawaban pertama (hipotesis pertama). Jika jawaban pertama menghasilkan konsekuensi yang mustahil maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain dan begitulah selanjutnya. Dan diskusi itu biasanya berakhir dengan aporia (kebingungan) dan terkadang juga menghasilkan suatu defenisi yang dianggap berguna. Dan metode ini disebut dialektika (dialog), yang berasal dari bahasa yunani yakni dialeghesthai.16
Menurut Xenophon pertanyaan itu berisi tentang salah dan tidak salah, adil dan tidak adil, berani dan dan pengecut, dll.
Dalam traktat Aristoteles tentang metafisiska, ia memberikan catatan mengenai metode socrates ini.  Ia memperoleh induksi  dan defenisi,  kedua penemuan  tersebut merupakan dasar pengetahuan.
1)      Induksi
Induksi merupakan cara pengambilan kesepakatan dengan cara bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkan yang umum.
      Contohnya: Ridwan ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan kemakmuran.  Maka   untuk   mencapai   pengertian   yang  sebenarnya  Ridwan bertanya kepada petani, wiraswasta,  bidan,  tukang  sayur, mbak jamu. Setelah memperoleh pendapat mereka maka



 
15Fuad Hasan, Apologi Pidato Pembelaan Socrates Yang Diabadikan Plato, Bulan Bintang, 1986, Jakarta, hlm. 36.
16Dirangkum dari Prof. Dr. Amsal Bakhtiar,  M.A, Filsafat Ilmu, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004; hlm. 29. dan Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm. 54-55.
pendapat yang disetujui bersama akan ditulis dan pendapat yang tidak disetujui bersama disisihkan. 
2)      Defenisi
Defenisi merupakan hasil dari induksi atau diperoleh dengan jalan mengadakan induksi tersebut.
Contohnya: Pengertian kemakmuran yang telah diperoleh oleh Ridwan.
Orang sofis berpendapat bahwa semua pengetahuan adalah relatif keadaanya. Yang benar ialah pengetahuan yang umum ada dan pengetahuan yang khusus ada. Dan pengetahuan yang khusus itulah yang relatif. Mari kita  ambil contoh ini!
Apakah kursi itu? Kita menemukan kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya empat, dari bahan jati; kita lihat kursi malas, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya dua, dari rotan; kita lihat kursi makan, ada tempat duduk dan sandaran, kakinya tiga, dari besi; bagitulah seterusnya. Jadi ada dua hal yang selalu ada pada tiap kursi tempat duduk dan sandaran. Maka semua orang sepakat bahwa kursi adalah suatu benda yang memiliki tempat duduk dan sandaran. Ciri-ciri yang lain tidak dimiliki oleh semua kursi tadi, berarti ini merupakan kebenaran yang objektif-umum, tidak subjektif-relatif. Mengenai kaki, bahan merupakan kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan yang umum, itulah defenisi.17
Dengan mengajukan defenisi Socratres tersebut mengakibatkan berhentinya laju dominasi relatifisme kaum sofis. Sehingga pengikut Socrates menjadi lebih dominan dibandingkan pengikut kaum sofis. Plato memperkokoh tesis socrates itu dengan mengatakan bahwa kebenaran umum itu telah ada di alam idea tanpa harus melakukan induksi.18
Konsep Socrates tentang roh, terkenal tidak tentu (indeterminate) dan berpandangan terbuka (openminded), jelas-jelas tidak agamais dan terlihat tidak mengandalkan doktrin-doktrin metafisik atau teologis. Juga tidak melibatkan komitmen-komitmen naturalistik atau fisik apapun, seperti pandangan tradisional bahwa roh adalah “nafas” yang menghidupkan. Sebenarnya juga tidak jelas bahwa ia sedang mencari kesepakatan bagi pendapatnya bahwa roh tidak  dapat  mati,  dan  didalam  Apologi,  ia  hanya  mengatakan betapa indahnya jika demikian
17 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, loc. Cit., hlm. 56.
18 Ibid., hlm. 56.
adanya. Hidup (dan mati) demi roh seseorang murni berkaitan dengan karakter dan integritas pribadi, bukan dengan harapan-harapan akan ganjarannya dimasa depan. Perhatian Socrates murni etis, tanpa suatu gambaran akan intrik kosmologi yang telah mempesona para pendahulunya.
Socrates diakhir-akhir hidupnya banyak mempertanyakan tentang akhirat dan hidup yang abadi kelak dibelakang hari dan begitu juga tentang kekalnya roh. Socrates berpendapat bahwa roh itu telah ada sebelum manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun roh itu telah bertali dengan tubuh manusia, tetapi diwaktu  manusia  itu  mati,  roh  itu kembali  kepada asalnya semula.  Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah didalam kendi, raja hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam laut”. Maksudnya, yang hancur luluh hanyalah tubuh, sedang jiwa adalah kekal (abadi).
























BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Heraclitus lahir di Ephesus (535-475 SM), yang merupakan sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan ia adalah kawan dari Phytagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat atau bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.
Socrates hidup dari tahun 470 SM hingga 399 SM. Ia dilahirkan di Athena. Ayahnya adalah seorang pemahat bernama Sophroniscus dan ibunya seorang bidan bernama Phaenarete. Masa-masa buruknya hubungan Athena dan Sparta terjadi antara tahun 421 dan 416 SM. Salah seorang murid Socrates menyebabkan Athena kalah di Syracuse 413 SM. Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Untuk pembuktian hal itu Socrates diadili oleh pengadilan Athena. Plato menulis sebuah pidato berjudul Apologia untuk membela Socrates. Dan  pada waktu  senja  dengan  tenang Socrates meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya. Sekalipun Socrates mati, ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum. Plato membuat pidato berjudul phaidon, ia menceritakan percakapan Socrates dengan dengan para muridnya pada hari terakhir  hidupnya,  dan  melukiskan  Socrates  pada  suatu senja dengan tenang meminum racun, dikelilingi oleh para sahabatnya (lihat Bertens, 1975:83).
Socrates memandang akan adanya kebenaran objektif, yang tidak bergantung pada saya (individu) atau kita (kelompok). Dalam pembuktian hal ini Socrates menggunakan beberapa metode. Metode tersebut bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan atau disebut juga dengan dialog yang kemudian dianalisis. Sedangkan paham relativisme menjadi semakin kuat atau mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan, you can not step twice into the same river, for the fresh waters are ever flowing upon you.” (Kamu tidak akan dapat terjun pada sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir) (Warner, 1961:26).
DAFTAR PUSTAKA

1.            Gie, The Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
2.            Tafsir, Prof. Dr. Ahmad. 2008. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
3.            Achmadi, Drs. Asmoro. 1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
4.            Syadali, Drs. H. Ahmad, Dkk. 1997. Filsafat Umum. Bandung: CV. Pusataka Setia.
5.            Hasan, Fuad.  Apologia Pidato Pembelaan Socrates Yang Diabadikan Plato. Jakarta: Bulan Bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar