Cari Blog Ini

Selasa, 20 Maret 2012

HERACLITOS


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Heraclitos ilmu Filsafat untuk perkuliahan. Makalah ini penulis susun berdasarkan pada Standar Isi 2006 mata pelajaran Filsafat, yang dapat menunjang mahasiswa untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Makalah ini penulis susun agar mahasiswa memiliki kemampuan dasar yang logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam mengembangkan pengetahuan yang ada dalam ilmu pendidikan Filsafat. Ruang lingkup makalah ini mencakup: kehidupan heraclitus dan filsafat heraclitus.
Materi pelajaran ini disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu. Materi disusun dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Selanjutnya pada akhir bab, disajikan kesimpulan beserta daftar pustaka.
Berikut ini urutan penyajian makalah.
1.            Pendahuluan.
2.            Pendahuluan mengantarkan peserta didik untuk mengenal dan memahami materi yang akan dipaparkan sehingga dapat menarik peserta didik untuk belajar lebih jauh isi makalah.
3.            Pembahasan yang memuat informasi bagi mahasiswa dalam berlatih memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat baik secara individu maupun berkelompok.
4.            Kesimpulan yang berisi ringkasan materi yang telah dibahas dan dipelajari  dalam tiap subbab.
5.            Petikan ilmu memuat sikap dan prilaku yang dapat diteladani oleh mahasiswa terkait dengan tema yang dipelajari. 
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, meskipun penulis telah berusaha menyusunnya sebaik mungkin. Oleh karena itu, kritikan dan masukan dari para pemakai makalah ini sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman, dosen, konsultan, editor, dan narasumber lainnya yang telah membantu terwujudnya makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Selamat belajar, semoga sukses. Amin,



                                                                           Bukittinggi, 25 Desember 2010



                                                                                                     Penulis













BAB I
PENDAHULUAN
1.                   Latar Belakang
Heraclitus merupakan salah seorang sufis yang lebih dulu ada sebelum Socrates. Ia menjadi penancap dasar tentang teori relativisme. Karena filsafatnya yaitu menjadi atau segala sesuatu itu selalu berubah. Karena apa yang benar pada saat sekarang ini belum tentu benar pula dimasa depan. Dan ia juga merupakan teman dari sofis lainnya seperti Phytagoras da.n Xenophanes. Dan ia juga terkenal akan kesombongannya
2.                   Identifikasi Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa masalah yang menjadi bahan dasar penulis menulis makalah ini. Masalah tersebut diantaranya;  proses penjabaran filsafat Heraclitus yang masih belum dimengerti dan dikuasai oleh peserta didik.
3.                   Pembatasan Masalah
Permasalah yang dikaji dalam makalah ini ialah sebagai berikut: Kehidupan Heraclitus dan filsafat yang diungkapkan oleh Heraclitus. Dan karena keterbatasan dana dan waktu maka hanya sebatas inilah penjabaran masalah yang dapat penulis jabarkan dalam makalah ini.
4.                   Perumusan Masalah
Perlunya
Filsafat heraclitus dikarenakan oleh:
A.    Banyaknya pemikiran para sofis pra-heraclitus yang juga menyatakan bahwa segala sesuatu itu relatif .
B.     Seberapa besar keskuatan yang dapat ditambah oleh pemikiran Heraclitus dalam kerelativan segala sesuatunya.  
Dari uraian diatas kita dapat merumuskan bahwa:
A. Siapakah heraclitus itu ?
B. Filsafat apakah yang dikemukakan oleh heraclitus?
C. Bagaimanakah pengaruh filsafat Heraclitus tetrhadap filsafat para sofis sebelumnya?
5.                   Tujuan Penulisan
Tujuan penulis menulis makalah ini yakni untuk membantu menjelaskan kepada pembaca khususnya mahasiswa mengenai filsafat yang dikemukakan oleh Heraclitus. Dan tak hanya itu, penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menuntaskan tugas demi meningkatkan nilai tugas pekuliahan bagi penulis.

6.                   Manfaat Penulisan
Penulis membuat makalah ini agar dapat bermanfaat bagi pembaca, yakni khususnya mahasiswa STAIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittingi, terutama bagi penulis sendiri. Manfaat tersebut antara lain seperti, mencapai pemahaman para peserta didik mengenai filsafat yang dikemukakan oleh Heraclitus. Dan mengetahui kegunaan dari filsafat itu sendiri dan keutamaan dari filsafat dalam kehidupan sehari-hari.













BAB II
PEMBAHASAN
HERACLITOS
Ia lahir di Ephesus (535-475 SM), sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan kawan dari Phytagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya, ia mempunyai kesan berhati tinggi dan sombong, sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat atau bodoh, juga mencela orang-orang terkemuka di negeri Yunani.1
Paham relativisme menjadi semakin kuat atau mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan, you can not step twice into the same river, for the fresh waters are ever flowing upon you.” (Kamu tidak akan dapat terjun pada sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir) (Warner, 1961:26).2
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi atau selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai, dan tidak tahu satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya oleh karena sungai pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada dibelakangnya. Demikian pula dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu itu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.3
Dan juga menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah  menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak pernah berhenti (diam); ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan
1Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 35.
2Prof. Dr. Ahmad Tafsir, FilsafatUmum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm.49.
3Drs. Asmoro Achmadi, Op. Cit., hlm. 35-36.
perlawanan-perlawanan.  Itulah sebabnya ia sampai pada kongklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan atau stuffnya seperti yang dipertanyakan oleh filosof pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Pernyataan “semua mengalir’ berarti semua berubah bukanlah pernyataan yang sederhana. Implikasi pernyataan ini amat hebat. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 X 2 = 4 besok bisa saja bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar filsafat sofisme.4
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuannyapun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak, dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, dimana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum.5
Menurutnya pemikiran tentang benda, ia mengemukakan bahwa tiap benda terdiri dari hal-hal yang sifatnya berlawanan atau bertentangan, dua ekstrem yang paling bertolak belakang,  walaupun demikian tetap membentuk kesatuan. Yang satu adalah banyak dan yang banyak adalah satu. Hal ini berarti segala yang ada mengandung dalam dirinya pertentangan dari dirinya sendiri. Akan tetapi, justru pertentangan itulah yang menciptakan suatu kesatuan, keharmonisan. Setiap pertentangan akan mencipta keadilan seperti: musim dingin dan musim panas, siang dan malam, bangun dan tidur, cinta dan benci, tua dan muda dan sebagainya.6 Dengan kata lain, musim panas ada, karena ada musim dingin. Kesehatan sebagai sesuatu yang penting karena ada penyakit. Kalau dirumuskan dengan terminology modern, bahwa segala sesuatu merupakan sintesis dari hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya  sebagai  lambang  perubahan  dan  kesatuan.  Api  mempunyai  sifat memusnahkan
4Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Op. Cit., hlm.49.
5Drs. Asmoro Achmadi, Op. Cit., hlm.36.
6Brouwer, et, al., Sejarah Filsafat Modren dan Sezamannya. Alumni, Bandung, 1986, hlm. 2.
segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi asap atau abu. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi asap atau abu, toh adanya api tetap ada, segala sesuatunya bersal dari api dan akan kembali ke api.7
Menurut pendapatnya dalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh)  yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacamnya wahyu). Logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila sesuai dengan logos.8














 
7 Drs. Asmoro Achmadi, Op. Cit., hlm.36-37.
8Ibid, hlm. 37.
BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Ia lahir di Ephesus (535-475 SM), sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan kawan dari Phytagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua.
Paham relativisme menjadi semakin kuat atau mempunyai dasar setelah Heraclitus (544-484 SM) menyatakan, you can not step twice into the same river, for the fresh waters are ever flowing upon you.” (Kamu tidak akan dapat terjun pada sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir) (Warner, 1961:26).
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi atau selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai, dan tidak tahu satu orangpun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali.
Dan juga menurut Heraclitus alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah  menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuannyapun demikian, yaitu bahwa pengetahuan yang sejati adalah pengetahuan yang berubah-ubah sehingga apa yang disebutnya sebagai realitas merupakan sesuatu yang khusus, jumlahnya banyak, dan sifatnya dinamis. Realitas merupakan dunia materi, dimana pada setiap realitas berbeda satu dengan yang lainnya, dan tidak ada hal yang tetap berlaku umum.
Heraclitos yang mengemukakan pendapatnya, bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi, ia mempercayai arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api.




DAFTAR PUSTAKA

1.            Tafsir, Prof. Dr. Ahmad. 2008. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
2.            Achmadi, Drs. Asmoro.1997. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar